Rasa (2)

Sebuah rasa

Aku sangat suka dengan kata itu. Bukan tanpa alasan. Kedua kata itu membuatku menghabiskan waktu untuk menorehkan tinta di atas lembaran kosong atau sekedar mengetikkan aksara di layar kaca. Sebuah rasa, kata yang melekat di relungku. Rasa itu unik, namun juga rumit. Unik karenanya kita dapat merasakan kebahagiaan dan kebersamaan. Tetapi rumit karena kita tidak dapat memahaminya.
Soal rasa, paling sering yang dirasakan adalah kecewa. Bukan tanpa alasan, kecewa datang karena harapan tak kunjung didapatkan. Terlebih kecewa pada seorang yang dicinta sungguh membuat rasa tak karuan. Apalagi bagi seorang wanita, kecewa bagai pisau yang menyayat hatinya hingga mengakibatkan rasa sakit yang mendalam. Dan entah bagi lelaki, kecewa bagai gada yang menghantam punggungnya, membuatnya tersungkur lemas. Tentu semua itu tergantung bagaimana kita mengelola rasa tersebut. kecewa, mengajarkan kita bahwa terlalu berharap pada akhirnya hanya membawa sebuah luka.
Bicara soal rasa, cinta merupakan sebuah rasa yang fitrah bagi manusia. Cinta itu murni datang sendiri dan kepada siapapun. Aku pernah merasakannya, dan terjebak dalam ruang dilema. Cinta itu indah, seakan berada di taman indah penuh dengan bunga harum semerbak, cukup memabukan.  Cinta di masa remaja itu wajar, namun kewajaran itu akan berubah ketika kita tak mampu mengelola dan menafsirkan apa itu cinta sebenarnya.
Karena salah arah, cinta yang murni dan suci seketika berubah menjadi tak terarah bahkan  menjadi sebuah noda.  Banyak yang menggunakan kata cinta hanya untuk kepuasannya semata. Tanpa berpikir panjang dan penuh pertimbangan. Keegoisan sebagai faktornya. Karena memang manusia selalu saja tergoda. Jangan sampai karena cinta yang salah, kita jatuh dalam lubang kebinasaan.
Cinta itu sesungguhnya sederhana, yang membuatnya rumit adalah cara kita. Sederhana seperti itulah aku menafsirkan cinta. Tak perlu berlebihan. Bukan tentang siapa yang datang di awal namun ia yang mampu bertahan pada pilihannya. Yang pergi dipersilahkan, yang datang disambut. Cinta bagai sebuah aksara sederhana dengan keindahan rasa yang menyentuh setiap jiwa. Aku terlarut dalam alunan bait, merasakan hadirnya cinta walau hanya dalam lamunan. Katanya memang sederhana.

 Sederhana
seperti aku mencintaimu
sederhana saja
ketika melihatmu tersenyum akupun tersenyum
ketika melihatmu bahagia aku juga bahagia
ketika melihatmu sedih
diriku merasakanya jua
ketika melihatmu bahagia dengan yang lain
aku pun bahagia dan tersenyum namun jujur saja hatiku terasa disayat, tergores luka yang tak mungkin kau lihat.
ragaku baik-baik saja, tetapi jiwaku terluka
Namun, ku yakin suatu saat aku akan bahagia, lebih dari itu.

cinta itu datang dengan sendirinya. Penafsiran cinta tergantung pada diri kita sendiri. Bagaimana cara kita menjemputnya, dengan cara yang halal atau haram, benar atau salah.  Seperti itulah cinta, terlihat indah namun mematikan. Cintailah sesuatu sewajarnya, karena semua tidak akan pernah abadi di dunia ini.


  • Zzzz
  • Bukantanpaalasanpart

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dedikasi Perempuan Dalam Literasi Digital

Fighting 2

Between Two sides (1)