Postingan

Dedikasi Perempuan Dalam Literasi Digital

  Dedikasi Perempuan dalam Literasi Digital Literasi digital saat ini menjadi point penting dalam mensukseskan program literasi yang nantinya akan mencetak generasi emas yang dapat bersaing secara global untuk memajukan bangsa Indonesia.  Mungkin beberapa dari kita sudah mengetahui apa itu literasi digital dan penerapannya. Namun tak bisa dipungkiri jika masih ada yang belum tahu mengenai “apa itu literasi digital” dan bagaimana peran perempuan dalam mensukseskan literasi digital tersebut. Literasi digital diartikan sebagai kemampuan membaca serta menulis yang dikemas secara digital seperti tulisan, video konten, maupun audio yang kerap ditemui di sosmed, internet, platform, ataupun aplikasi-aplikasi membaca online seperti iPusnas dan sebagainya. Salah satunya yang sering dijumpai yaitu dalam bentuk e-book.  Menurut Paul Gilster, literasi digital diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam memanfaatkan informasi dalam berbagai bentuk. Dalam hal ini, semua orang dapat mengakses dan mema

BTS quotes part

Between two sides quotes  Kita mungkin hampir menyerah, tapi tak pernah menyerah dalam berdoa.  Kita mungkin pernah putus asa, tapi tak pernah ada kata "putus asa" Ketika berharap kepada-Nya.  Kita mungkin pernah lupa, tapi Allah tidak.  Kita mungkin mengira dunia ini seperti surga, tapi kita lupa jika dunia ini adalah hukuman.  Kita mungkin merasa sendiri, tapi lupa kalau Allah bersama kita.  Kita mungkin berpikir jika tujuan dan rencana kita telah hancur, tapi lupa jika takdir-Nya yang terbaik dan Allah adalah sebaik-baik perancang.  Kita mungkin mengira tak ada yang tahu, tapi lupa kalau Dia Maha Tau.  Kita mungkin terlalu sibuk mengukur segala hal dengan materi dan lupa, jika nafas adalah nikmat tak terkira Kita mungkin sibuk mengejar perduniawian sampai lupa jika akhirat tempat kita yang sesungguhnya. Kita mungkin, terlalu mengejar dunia sampai lupa jika tujuan kita hanya menyiapkan bekal menuju akhirat Kita mungkin merasa gagal, tapi lupa jika gagal bukan mengakhiri sem

Between Two sides (1)

 BTS1 : Beban.  When someone said, beban anak pertama itu yang paling berat, tapi nyatanya setiap anak memiliki beban  masing-masing. Setiap orang memiliki masalahnya sendiri dan versi ke-sulitannya sendiri. Anak pertama yang dituntut harus mandiri, bahunya sekuat baja, bertanggung jawab, serta menjadi teladan yang baik. Anak tengah harus memiliki stok sabar yang ekstra, menjadi penengah, dan harus siap terjun ketika anak pertama nggak ada. Anak ketiga yang dituntut agar membanggakan sama seperti saudaranya, harus mengalah, dan lainnya.  Versi orang beda-beda. Ga harus di samaratakan. Lantai aja kadang ga sama rata. Jadi, jangan pernah menjudge dan julid sama orang yang ketika menurut kamu "baru secuil" Masalahnya tapi udah " Lebay" menurut kamu, karena kita gak tau seberapa tahan, kuat, dan sabar orang itu melewatinya. Mungkin kamu kuat dan beruntung dapat melewatinya. Namun kuatmu dan masalahmu ga harus di samaratakan ya ^^ ****************************************

Fighting 2

 Pernah gak sih kalian ngerasa ada di titik terendah??? Titik dimana kalian tuh ngerasaa ga berguna samsek? Kalian ngerasa usaha yg selama ini kalian lakuin ga berguna? Kayak sia-siaa gitu Its okay.... Mungkin saat ini kita pikir seperti itu. Tapi, di masa depan. Apa yang kalian lakuin itu ada hikmahnya. Atau yaa pelajarannya lah. Misal sekarang kamu belajar bisnis. Mulai usaha online ini itu. Promosi di medsos sana sini. Eh kok yang ada cuma pengunjung ajaa.  Ngerasa kalo "kok gini yah, kayak percuma aja gituu" Okee, kita liat besok-besoknya. Pas kita lagi butuh eh ada yg belii. Ternyata, ga ada yg sia-sia. Walaupun perolehannya gak secepat makan bakso. Nyatanya ada juga yg tertarik pada kamu lagi sayang-sayangnya sama uang alias nge-hemat. Eh ada pemasukan.... Ga sia-sia kan belajar bisnisnya?? Promosi sana sini? Memang...... Perolehan gak akan secepat itu. Pasti ada titik balik dimana kamu mengenang perjuangan kamu yang saat ini kamu kita sia-sia. Sekarang mungkin kamu pik

Fighting 1

Jalanan memang tak selamanya lurus. Terkadang berbelok melewati tikungan tajam penuh liku. Tentu kita semua tahu hal itu. Lalu, Menapaki satu persatu gerigi kehidupan bukankah suatu hal yang tak jarang?? Bahkan kita semua telah sadar. Dimana kehidupan tak akan selamanya memihak. Namun, ketika semua itu terjadi. Tak jarang kita protes atas apa yang kita dapati Menoleh ke kanan, kiri, atau menatap ke depan. Terlintas pertanyaan yang tak asing. "Kenapa jalan mereka terlihat lebih indah??" Lalu beralih menatap jalan yang sedang kau lalui.  Mengapa berbedaa...... Mulailah rasa iri menempati ruang kecilmu. Tataplah kedepan. Bukankah hampir sampai?? Walaupun harus menapaki gerigi lagi. Heiiii.... Kamuuu Iyaaaa.... Coba lihat kebelakang sebentar saja. Hitunglah keringat yang menemanimu selama perjalanan. Coba hitung berapa jarak yang telah kamu tempuh dari titik nol. Tak apaa. Setiap orang punya jalannya masing-masing. Banyak jalan menuju sukses. Ada yang mendapati jalan lurus ada ju

Shareon

Tak pernah terlintas jika jalannya akan begini. Menapaki batu dalam langkah tertatih. Jika masa depan bisa diterobos, mungkin jalan yang sekarang ditapaki takkan menyudutkan asa. Its okay. semua yang terjadi sekarang adalah pilihan diwaktu lalu. Atau mungkin memang pilihan terakhir juga takdir.  Dan sekarang raga dipaksa keluar dari zona nyaman.   Gimana rasanya?? Gak enak sama sekali Okayy Awalnya emang gak enak. Maklum baru awalan. Belum terbiasa bukan? Tapi lama-lama bakal terbiasa dibanting. Coba deh liat keluar sebentar aja..... Keliling sekitar, perhatikan dengan seksama. Apa ada yang lebih berat dari jalan yang kamu lalui? Tentu ada! Banyak malahan.... Jadi... Memang inilah jalan terbaik bagi kamu. Walaupun harus tahan banting sana sini.  Ternyata masih ada yg lebih ''down" daripada kamu. Common, bangkit kawan. Semua orang pernah merasakan berada di titik nol.... Versi masing-masing. Aku cuma mau bilang. Apapun yang kamu lalui, berat atau ringan, dengan tawa atau de

Hujan dan Semesta

Harapan itu terkadang seperti langit. Kadang cerah, mendung, ataupun hujan. Satu masa kita melihat harapan itu secerah langit. Masa berikutnya, mungkin kita melihat harapan itu kian mengabur menjadi kelabu. Atau malah, harapan itu mengalir bersama turunya air hujan, pupus. Untuk mendapatkan hujan, semesta terlebih dahulu mengalami kemarau, panas. Semesta membutuhkan panas agar dapat menguapkan air. Setelah itu mendung, lalu hujan. Begitu terus, siklus itu akan terus berlanjut hingga semsesta hancur. Begitu juga dengan harapan. Kita harus seperti semesta yang mendapatkan hujan. Melalui berbagai usaha, melewatinya dengan sabar. Insyaallah harapan itu akan terwujud.   Dengan harapan, kita sadar bahwa semuanya butuh usaha dan doa. kita terlatih untuk sadar bahwa semuanya itu memerlukan proses-waktu yang tak singkat. Terlatih untuk bersabar menunggu hasilnya. Terlatih untuk lebih giat lagi dan lagi. *********** Terkadang. Sulit untuk bisa mengendalikan apa yang kita mau. Memprioritaskan man