Malam itu

Malam itu, kami berbincang-bincang. Membahas sedikit mengenai kehidupan. Membahas alam di malam hari. Melihat langit, gemerlap bulan dan bintang. Menatap benda langit di malam hari memang menakjubkan. Namun faktanya, hal itu jarang aku lakukan.
Malam hari terlihat indah dengannya. Makanya ketika mendung atau tak ada benda langit, tentu saja langit kehilangan keindahannya. Seperti kehilangan sesuatu yang ada di kehidupan. Tanpanya malam hari tak lagi menakjubkan.
Malam, semilir angin membuat malam semakin sendu. Kami semakin larut dengan pesan yang berantai. Menyisakan keindahan langit malam hari. 

H: "Eh, aku ada ibarat bagus lho, "bagai bulan dan bintang"
A: " terus......"
H: "Apa itu maknanya?, Cari sendiri. Banyak makna tersiratnya"
A: "ketika kita sibuk menghitung bintang tanpa sadar ada bulan yang selalu menerangi.
ketika sibuk mencari yg terbaik, tak sadar ada yg setia mengunggu."

H: "Dia bersebelahan, di tempat yg sama, dikeadaan yg sama. Tapi mereka berbeda."
A: "mereka berbeda .
tapi mereka saling melengkapi. bulan menerangi malam dan bintang menghiasi langit. hingga membuat beribu pasang mata takjub.
menikmatinya dengan penuh syukur. melunturkan segelintir lelah. mengukir senyum indah."
H: "Sedeket apapun kita, kaya bulan sama bintang, sama sama di mlam hari. Kalau sudah ditakdirkan berbeda ya tetap berbeda. Bulan dan bintang ditakdirkan berbeda, bulan ditakdirkan untuk menerangi, sedangkan bintang ditakdirkan untuk menghiasi.  Jangan berharap untuk yang sudah dekat, bisa jadi takdirnya berbeda."
A: mungkin dekat namun jalurnya berputar 180°, saling berbanding terbalik. Yang sabar saja, hehe."

Memang sedekat apapun kita saat ini, tak akan menjamin akan tetap bersama seterusnya. Karena rel kereta api saja bersebelahan dan berdekatan. Namun tak pernah ada ujung yang menyatukannya. Bisa saja itu terjadi pada diri kita. 
Aku tak pernah berharap bisa dekat dengan sesiapapun. Hanya sekadar dekat biasa saja. Berteman tanpa perasaan khusus. Mulai menjauh dengan apa yang kemungkinan akan mendekat.
Bukan tidak suka, risih, atau bahkan benci. Hanya saja aku sadar, bahwa semuanya akan berakhir. Setiap awalan pasti akan ada akhirnya. Seperti kehidupan juga begitu bukan? Semua yang lahir akan memulai kehidupannya di dunia, lalu akan berakhir setelah meninggal.
Membiarkannya berlalu dengan biasa saja. Teman pasti akan berlalu. Namun teman tetaplah teman. Tidak akan menjadi musuh. Begitu juga aku dan kamu. Berlalu begitu saja.
Malam itu, langitnya cerah. Menampakkan hiasannya. Malam itu juga, kami mulai meng-halu. Membahas apa aja yang enak dibahas, apalagi remaja seperti kita.


Perasaan, sasaran utama yang selalu saja dibahas tiada hentinya. Entah apa istimewanya, hanya para penikmatnya yang tahu. Faktanya, kadang menyisakan rasa sakit.
Entahlah, hanya kami yang tahu, apa yang ada di pikiran kita malam itu. Menikmati indahnya malam bersama membahas apapun itu.
********

#bukantanpaalasanpart10

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dedikasi Perempuan Dalam Literasi Digital

Fighting 2

Between Two sides (1)